KETIKA PNS DI-TUHANKAN

Tanggal 31 Desember kemarin media cetak (baik local maupun interlokal) memuat pengumuman hasil tes seleksi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) 2009. setelah beribu-ribu orang berbondong-bondong mengikuti tes seleksi CPNS pada tanggal 7 Desember 2008, akhirnya hari itu (31 Desember) mereka bisa bernafas lebih teratur. Ada yang nafasnya lega plong karena lolos seleksi, namun ada juga yang lega tapi tak rela lantaran namanya tidak tercantum dalam daftar di Surat Kabar.

Yach, tak bisa dipungkiri bahwa magnet PNS berhasil menyedot puluhan ribu masyarakat untuk ikut berpartisipasi mengukir harapan-harapan “Keamanan dan Kenyamanan” masa depan melalui tes CPNS itu. Tak bisa dipungkiri juga bahwa seleksi karyawan yang paling banyak jumlahnya adalah seleksi karyawan Negara (ataukah abdi Negara?). Mereka datang dari berbagai lapisan masyarakat dengan latar belakang yang heterogen.

Meledaknya jumlah peserta tes seleksi CPNS menandakan bahwa masyarakat Indonesia ternyata sebagian besar bermental PNS (penak, njamin, sak karepe). Secara kasar bisa dikatakan bahwa kenyamanan PNS mungkin memang terjamin, karena mau kerja atau tidak kerja toh masih tetap digaji dengan menggunakan `uang rakyat`, istilahnya sak karepe. PNS juga aman karena tidak terlalu khawatir di-PHK. Ada juga yang mengatakan bahwa PNS juga menjamin masa depan, karena kesehatan sudah ditanggung, anak-anak ada yang ngurus, masa tua ada yang menggaji dan menghidupi. Namun, benarkah sesungguhnya bahwa PNS bisa menjamin semua itu? Apakah tidak ada jalan lain selain PNS untuk mencapai kesuksesan yang hakiki?

Tentunya kita pernah mendengar pepatah yang mengatakan “Dunia tak selebar daun kelor” bukan? Pepatah klasik ini hendaknya kita jadikan pegangan untuk menjalani kehidupan di dunia ini, untuk memecahkan setiap persoalan yang terjadi. Artinya bukan hanya PNS untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, tapi juga ada jalan lain yang tentunya akan kita temukan manakala kita mau berusaha mencari jalan tersebut. Jadi, janganlah patah semangat dan bersedih ketika tidak lolos seleksi CPNS, Karena sesungguhnya ada banyak jalan lain untuk mendapatkan rizki Alloh. Ada banyak jalan lain untuk mengamalkan ilmu dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dunia usaha. Kita mestinya yakin bahwa penjamin rizki pada hakikatnya hanya Alloh semata. Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pemberi Rizki. Bukan makhluk dan bukan pula PNS. Jika ada yang mengatakan bahwa PNS menjamin kenyamanan hidup secara hakiki, maka hendaknya ditinjau kembali apakah benar demikian? Coba kita tilik, masih untung manakah antara nasib seorang PNS yang sakit-sakitan hingga uangnya habis untuk berobat dengan seorang pedagang asongan yang sehat wal`afiat dan memiliki kecukupan rizki? tentu kita akan lebih memilih hidup sehat dong meski sekedar menjadi pedagang asongan. Biar asongan toh masih bisa menikmati hidup. Iya apa tidak?

Dan perlu diketahui juga bahwa pengidap penyakit-penyakit kronis seperti jantung, DM (gula darah), stroke dll umumnya adalah mereka dari golongan ekonomi menengah ke atas, dimana mereka makan `kelebihan gizi` sehingga sisa-sisa lemak, kolesterol dan zat-zat tidak terpakai terakumulasi menumpuk di tubuh dan perutnya yang membuncit. Perlu diketahui juga bahwa seorang PNS hendaknya menyiapkan mental `lebih` dalam mengahadapi masyarakat. Karena ia (PNS) rentan stress(?). Apalagi bagi mereka PNS yang bekerja di pelayanan (misal: kantor dinas, PUSKESMAS, RS dll) tingkat stressor meningkat ketika ia kelelahan menghadapi masyarakat yang kritis. Masyarakat yang siap melontarkan gugatan dan kata-kata pedas jika para alat Negara tersebut tidak bekerja memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Karena masyarakat merasa telah ikut serta menggaji para PNS tersebut, sehingga merekapun ikut mengawasi kinerja para buruh Negara itu.

Jadi, mau jadi PNS atau bukan tidak ada masalah. Semuanya sama-sama ujian. Tinggal bagaimana cara kita memandangnya dan meniatkannya. Tidak ada lagi yang boleh mengatakan kalau PNS itu menjamin segalanya. Justru yang beruntung adalah mereka yang bukan PNS, dimana mereka tidak terikat pada aturan-aturan baku dan mereka bebas terbang kemana saja untuk mengembangkan diri serta meningkatkan usahanya.

Penulis sendiri lebih salut pada seorang wiraswasta (wirausahawan) daripada para PNS yang hanya kerja separuh waktu. Mereka (wiraswasta) benar-benar bekerja dengan gigih, tak kenal waktuvdan semangat pantang mudur untuk memajukan usahanya. Mereka cucurkan keringat habis-habisan walau tidak dapat askes, mereka tegap menatap masa depan meski tak ada dana pensiun menanti. Itulah pekerja sejati yang memaksimalkan potensi diri mereka. Tidak sekedar manut-manut dan bermental buruh negara kelas sepatu saja, tetapi mereka kreatif berusaha tanpa bermanja-manja pada negara. Harga diri mereka (para wiraswasta) jelas lebih tinggi dibandingkan dengan para PNS yang mangkir pada saat jam dinas, bukan? Dan tentunya Alloh akan lebih menghargai tetesan keringat hamba-hambaNya yang beribadah dan bekerja tulus untuk-Nya. Yang menjadikan Alloh sebagai Tuhan pemberi rizki dan bekerja keras untuk mendapatkan rizki dari-Nya, bukan orang yang menuhankan makhluk dan menjadikan PNS sebagai satu-satunya penjamin kehidupan.

Allohu a`lam bi Showab… (Pekalongan,13Januari 2009)

12 Tanggapan to “KETIKA PNS DI-TUHANKAN”

  1. Hartono Says:

    Wah saya sudah jadi PNS gimana dong teh :):):)

    http://www.stan-prodip.info

  2. massakerah Says:

    Ya. Bahkan sebelum itu, banyak yang menuhankan ijazah.

  3. aliefte Says:

    yeah.. setuju banget.. PNS bukan satu2nya penjamin kehidupan.. 😀

    btw salam kenal ya.. 🙂

  4. Hejis Says:

    Apakah kita bekerja sebagai PNS atau bukan, yang penting adalah bahwa kita bekerja dengan sepenuh hati, profesional, dan sebagai perwujudan mengabdi kepada Allah SWT.

  5. putra purnama Says:

    Buat para CPNS-CPNS di seluruh Indonesia yang belum berhasil jadi PNS: “Jangan cepat putus asa”

    “Wa laa taiasu min rouhillah, innahu laa yaiasu min rouhillah illal qoumil kafirin”, Janganlah kamu cepat berputus asa, jangan berkecil hati, karena tidaklah orang yang cepat putus asa itu kecuali orang yang kufur.

    http://www.putrapurnama.wordpress.com

  6. ArieL, FX Says:

    wow..

    kontroversial banget judul nya.. 😀

    salam kenal

  7. pecinta Indonesia Says:

    paling enak mah emang jadi PNS mbakyu,

    siang bisa tidur,
    kerjaan cuman kadang-kadang doang,
    apalagi bila ditugaskan di kantor kecamatan,
    datang, ngobrol sambil rokok’an terus pulang.

    tidak ada PHK lagi, tiap tahun pasti naik gaji,
    entah berprestasi atau tidak.

    bagi yang belum ketrima PNS usaha terus ya jangan putus asa. POKOKE’ enak lah jadi PNS. Bisa menikmati hidup yang sesungguhnya.

    mampir nih, kesasar, nyari kalibening kok adanya gini.

  8. hedi Says:

    salam kenal ajaw.sebenarx mereka bukan menuhankan PNS,but menuhankan uang.karena dgan jadi PNS pikir mereka,uangnya aman smpai pensiun

  9. lia agustina Says:

    memang….dominan zona nyaman dan aman..ya mklum aj 3 setenah abad..dan sdm otak kanan jarang di terapkan..so..zero spekulan..

  10. Yoga Says:

    Menurut saya memang bukan masalah profesi PNS-nya. PNS itu profesi yang mulia. Tetapi cara mendapatkan, niat dan dalam menjalankannya yang menjadi masalah. Misalnya, mendapatkan dengan jalan merekayasa data, memalsukan ijazah, membayar sejumlah uang demi menjadi PNS. Kemudian setelah dapat, ya tadi itu, kerja atau ngga dibayar, ke kantor duduk, ngobrol, ngerokok, pulang. Kalo seperti itu gmn pertanggungjawaban harta yang kita makan di akherat nanti…

  11. ipul Says:

    pengusaha pun belum tentu lebih baik derajatnya disisi Allah dari seorang PNS, percuma jadi pengusaha juga kalo sombong merasa paling hebat, paling kerja keras, palagi memandang rendah profesi lain.

  12. krisnadwi Says:

    Wah saya sebagai wiraswasta jd terharu bacanya. Prihatin sekali memang jaman sekarang ini sangat banyak yang menuhankan pns. Kebanyakan orang tua. Sampai sampai calon mertua. Menyedihkan.


Tinggalkan komentar